Dialog |
Ngoko alus
adalah ragam pemakaian bahasa Jawa yang dasarnya adalah ragam ngoko, namun juga menggunakan kosakata krama inggil, dan atau krama
andhap. Ngoko alus digunakan oleh
peserta tutur yang mempunyai hubungan akrab, tetapi diantara mereka ada usaha
untuk saling menghormati (Hardyanto dan Utami, 2001:47). Afiks yang digunakan
adalah afiks ngoko, kecuali awalan -kok, dan akhiran –mu. Awalan –kok dan
akhiran –mu diganti dengan kata panjenengan.
Harjawiyana dan
Supriya (2001:46-49) mengemukakan tentang konsep pembentukan ragam ngoko alus sebagai berikut. (1) Leksikon
ngoko untuk menghormati orang lain
diganti menjadi leksikon krama inggil
(apabila ada) kalau tidak ada maka tetap menggunakan leksikon ngoko tersebut. (2) Leksikon
ngoko yang berhubungan dengan diri
pribadi walaupun memiliki leksikon krama
inggil, tetap digunakan leksikon ngoko.
(tidak boleh menggunakan krama inggil
untuk diri pribadi). (3) Leksikon
ngoko yang berhubungan dengan hewan,
tumbuh-tumbuhan, walaupun memiliki kosakata krama
inggil, maka tetap digunakan ngoko.
Misalnya : ”Perkutut Panjenengan njaluk
ngombe” ’Perkututmu minta minum.’ Kalimat tersebut sudah benar, jangan
sampai justru diganti menjadi ”Perkutut
panjenengan nyuwun unjukan.” (4) Tidak digunakan leksikon krama, hanya krama inggil, krama
andhap atau ngoko saja. (5) Awalan,
sisipan, akhiran tetap menggunakan ngoko
kecuali awalan -kok, dan akhiran –mu. Awalan –kok dan akhiran –mu
diganti dengan kata panjenengan.
Ngoko alus itu digunakan untuk siapa saja ?
BalasHapusNgoko alus digunakan oleh teman sebaya tetapi ada unsur untuk saling menghormati, misalnya guru dengan guru lainnya
BalasHapus